MENTERI Perdagangan (Mendag) Singapura Gan Kim Yong, di balik berbagai tantangan ketidakpastian dari pandemi, geopolitik, dan perubahan iklim, terbuka kesempatan untuk menguatkan kerja sama antara Indonesia dan Singapura bersama negara ASEAN lainnya untuk memulihkan dan menumbuhkan ekonomi. "Indonesia dan Singapura telah lama menjalin hubungan bilateral dagang, dan semakin erat saat masa pandemi. Bilateral tersebut antara lain Bilateral Investment Treaty dan perjanjian penghindaran pajak berganda," kata Gan Kim Yong dalam dalam webinar Trade, Tourism and Investment Forum, Kamis (21/10). Tiga langkah dalam pemulihan ekonomi Singapura yaitu sebagai negara kecil penghubung ekonomi antar negara, posisi Singapura sangat strategis. Situasi ini dimanfaatkan untuk memfasilitasi konektivitas rantai pasok di masa pandemi. Pemerintah Singapura berkomitmen untuk memprioritaskan pasokan kebutuhan esensial selama dan pasca pandemi. Kedua, Singapura berfokus mendukung area berkembang, dan berdampak krusial bagi pertumbuhan ekonomi, seperti potensi digitalisasi dan agenda ekonomi yang berkelanjutan. Merujuk pada laporan ekonomi Asia Tenggara 2020 oleh Google, dan Temasek, digitalisasi di Indonesia tumbuh tercepat di regional dengan valuasi diekspektasikan senilai USD 124 miliar pada 2025. Ini menjadi peluang bagi Singapura dan Indonesia untuk bersama memfasilitasi pertumbuhan ekonomi digital. Melalui digitalisasi, pemerintah bisa membantu UMKM untuk kompetitif secara internasional. "Singapura juga berminat untuk bekerja sama dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dan terkait perubahan iklim seperti pembiayaan hijau dan perdagangan kredit karbon," kata Gan Kim Yong. Singapura mendukung perdagangan multilateral bebas dan terbuka antara negara-negara Asia Tenggara, yang penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi dari pandemi. Sekretaris Departemen Perdagangan dan Industri Filipina Ramon Lopez mengatakan baik Indonesia dan Filipina sama-sama memaksimalkan manfaat menumbuhkan digitalisasi, dalam promosi perdagangan. Sebagai negara dengan populasi yang mendominasi Asia Tenggara, Indonesia dan Filipina bisa terus mengembangkan kolaborasi pada sektor-sektor yang memiliki banyak peminat, seperti e-commerce, ekonomi digital dan industri halal. Kebijakan perdagangan dan investasi Filipina pada dasarnya berpihak kepada promosi pertumbuhan ekonomi yang inklusif, terbuka dan berkelanjutan. "Kami merupakan dari sedikit negara yang menghapus persyaratan lisensi impor dan mengembangkan tariff rendah pada impor produk pertanian seperti beras selama masa pandemi. Kami berkomitmen untuk membuka pasar negara terbuka bagi perdagangan dan investasi," kata Ramon. (Try/OL-09)